A.
Perbedaan translasi dan konversi
antar mata uang asing
Translasi mata uang asing adalah Proses penyajian
ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Sedangkan
konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata
uang lain secara fisik.
Perbedaannya adalah, Translasi hanyalah perubahan
satuan unit moneter, misalnya pada sebuah necara yang dinyatakan dalam pound
Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran
fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan
konversi, memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi
terkait yang terjadi.
B.
Istilah dalam translasi mata uang
asing
Daftar istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS) no.52,
1981.
- Atribut,
karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi.
Contoh, biaya histories dan biaya penggantian yang merupakan atribut suatu
aktiva.
- Konversi,
pertukatan suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
- Kurs
kini, nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan
keuangan yang relevan.
- Diskonto,
ketika tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah daripada tingkat
yang berlaku sekarang.
- Posisi
aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva
yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur
atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan
menggunakan kurs kini.
- Mata
uang asing, suatu mata uang selain mata uang
yang digunakan oleh suatu Negara, mata uang selain mata uang pelaporan
yang digunakan oleh perusahaan.
- Laporan
keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan
yang menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
- Transaksi
mata uang asing, transaksi (yaitu penjualan atau
pembelian barang atau jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan
syarat-syarat yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional
perusahaan.
- Translasi
mata uang asing, proses untuk menyatakan
jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke
dalam mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua
mata uang tersebut.
- Operasi
luar negri, suatu operasi yang menghasilkan
laporan keuangan yang (1) dikombinasikan atau dikonsolidasikan atau
diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan keuangan
perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing selain mata uang
pelaporan perusahaan pelapor.
- Kontak
pertukaran forward, suatu perjanjian
untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan
kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
- Mata
uang fungsional, mata uang utama yanga digunakan
oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam
menghasilkan atau menggunakan kasnya.
- Kurs
histories, kurs nilai tukar mata uang asing
yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing
dibeli atau terjadi.
- Mata
uang local, mata uang suatu Negara tertentu yang
digunakan; mata uang pelaporan yang digunakan oleh suatu operasi domestic
atau luar negeri.
- Pos-pos
moneter, kewajiban untuk membayar atau hak
untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam nilai yang tetap di masa
depan.
- Mata
uang pelaporan, mata uang yang digunakan
perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
- Tanggal
penyelesaian, tanggal saat suatu utang
dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
- Kurs
spot, nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam
waktu segera.
- Tanggal
transaksi, tanggal saat suatu transaksi
dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
- Penyesuaian
translasi, penyesuaian yang timbul dari
proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu
perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
- Unit pengukuran, mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
C.
Keuntungan dan kerugian translasi
mata uang asing
PSAK No. 10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian
akibat translasi harus dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana
kurs mengalami perubahan. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi
berada dalam suatu periode akuntansi yang sama maka seluruh selisih kurs diakui
dalam periode tersebut. Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu
transaksi berada dalam beberapa periode transaksi, maka selisih kurs harus
diakui setiap periode dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing
periode.
Secara internasional, perlakuan akuntansi atas
penyesuaian-penyesuaian tersebut juga berbeda seperti halnya prosedur
translasi. Pendekatan-pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari
penangguhan hingga tidak ada penangguhan.
- Penagguhan
Dikeluarkannya penyesuaian translasi dari laba
periode sekarang umumnya dianjurkan karena penyesuaian ini hanyalah hasil dari
proses penyajian ulang. Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari
aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak
berpengaruh terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas
asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan jika penyesuaian seperti itu
ke dalam laba sekarang. Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian translasi harus
diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
Penagguhan keuntungan atau kerugian translasi
menutupi perilaku perubahan kuras nilai tukar, yaitu perubahan kurs merupakan
fakta historis dan para pengguna laporan keuangan terlayani dengan baik jika
pengaruh fluktuasi kurs nilai tukar diperhitungkan pada periode saat
terjadinya. Sesuai dengan FAS No. 8 (pas.199), “kurs nilai tukar berfluktuasi:
akuntansi harusnya tidak memberikan kesan bahwa kurs nilai tukar tetap stabil.”
- Penagguhan
dan amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan
melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca
terkait, terutama yang terkait dengan utang akan ditangguha=kandan diamortisasi
selama umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara
yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan diamortisasi selama
sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban bunga.
- Penagguhan
parsial
Keuntungan atau kerugian translasi adalah dengan
mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan
hanya setelah direalisasikan. Pengangguhan translasi semata-mata hanya karena
merupakan keuntungan, tetapi mengabaikan terjadinya perubahan kurs. Pendekatan
ini juga tidak memiliki kriteria eksplisit untuk menentukan kapan suatu
keuntungan translasi direalisasikan. Pada masa lalu dan mengagguhkan
selisihnya. Keuntungan dan kerugian translasi akan terhapuskan dalam jangka
panjang.
- Tidak
ditangguhkan
Untuk mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam
laporan laba rugi sesegera mungkin. Pilihan ini memandang penangguhan dalam
bentuk apapun bersifat palsu dan cenderung menyesatkan. Memasukkan keuntungan
dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan menghasilkan fluktuasi
laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar. Akan
mneyesatkan para pembaca laporan keuangan, karena penyesuaian ini tidak selalu
memberikan informasi yang sesuai dengan ekspektasi pengaruh ekonomi dari
perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas sebuah perusahaan.
D.
Menjelaskan
hubungan antara translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya
perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada
akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh
lebih rendah daripada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba
yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi
yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih
menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar
yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar
negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi
yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan
yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses
translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar
penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS.
Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang
fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan
hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar
aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan
menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam
mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang
signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak
dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
E.
Menjelaskan
mengenai biaya historis
Menurut Kamus Bisnis biaya historis (historical
cost) adalah biaya yang dicatat. Kadang – kadang disebut sebagai
biaya aktual (actual cost), tetapi istilah itu menyesatkan karena biaya dicatat
tergantung pada alternatif akuntansi yang dipilih. Sebagai contoh,
alternatif akuntansi untuk penyusutan termasuk metode garis lurus dan metode
dipercepat. Setiap biaya yang dicatat seperti biaya tenaga kerja, biaya
bahan, penyusutan, dll adalah biaya historis.
Biaya historis juga bisa di artikan sebagai
biaya yang dikeluarkan perusahaan pada waktu membeli faktor produksi (input).
Kalau input itu disimpan dan baru di kemudian hari digunakan dalam proses
produksi, maka biaya historis adalah sama dengan pada waktu faktor produksi itu
dibeli. Hal itu berbeda dengan biaya kesempatan dimana biaya kesempatan
diperhitungkan pada waktu input digunakan dalam proses produksi.
Disisi lain ada juga yang mengartikan biaya
historis sebagai suatu ukuran berharga yang digunakan akuntansi di mana
harga suatu asset pada atas sisanya didasarkan pada biaya yang asli atau
nominalnya ketika diperoleh oleh suatu perusahaan. Metoda biaya historis
digunakan untuk asset dibawah prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP). Sepanjang sejarah
keuangan Amerika Serikat, penetapan biaya dasar historis telah
menjadi orthodoksi dalam laporan keuangan yang diterbitkan. Tapi periode
inflasi parah di negara ini serta di banyak negara lain
dari dunia industri dan ketiganya telah
menyebabkan Negara tersebut melakukan pencarian luas untuk
alternatif yang baik untuk
menggantikan biaya historis atau melayani sebagai
suplemen untuk itu.
Dalam periode harga naik, atribut
diukur dengan metode biaya historis, umumnya memiliki relevansi
terbatas dengan realitas ekonomi. Pengecualian utama untuk
ini adalah beberapa account baik piutang atau terutang di kas
selama jangka pendek, seperti rekening
piutang dan hutang, serta uang tunai itu sendiri.
Sifat yang baik penetapan biaya dasar
historis yang dikira adalah bahwa sistem penilaiannya adalah kedua –
duanya lebih secara obyektif dapat ditentukan dan lebih baik memahami dibanding
dengan bersaing sistem penilaian. Bagaimanapun, isu obyektifitas tidak sama
sekali untuk dibenarkan. Bahkan dalam contoh sederhana, sum–of–the–years–digits atau fixed–percentage–of–declining–balance
depreciation (antar metode lainnya) mungkin telah terpilih untuk
menciptakan suatu neraca berbeda. Pengenalan tentang metoda penilaian baru yang
sungguh – sungguh memerlukan membiasakan diri para pemakai dengan mereka
mendasari asumsi dan pembatasan.
Penetapan biaya dasar historis telah pula
dipertahankan sama sebagai yang lebih cocok, seperti bermakna untuk
membagi – bagikan pendapatan diantara penyedia modal, para petugas dan karyawan
dan para agen perpajakan sebab tidaklah didasarkan pada figur biaya
kesempatan hipotetis. Karenanya, anggapan adalah bahwa akan ada lebih sedikit
konflik antar bersaing kelompok diatas distribusi pendapatan. Bagaimanapun,
argumentasi ini tidak sama sekali dapat memutuskan. Seperti penyusutan, metode
yang dipilih untuk pendapatan pengukuran dapat dengan mudah diperdebatkan.
Selanjutnya, kesempatan penilaian biaya
dapat hipotetis dalam satu pengertian tetapi
mereka pasti jauh lebih menunjukkan valuasi ekonomi daripada biaya
historis.
Kelemahan biaya historis (historical
cost) menurut Muljono yang dikutip dari Kodrat
(http://www.petra.ac.id/~puslit/journals) antara lain:
1. Adanya
pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu
pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang
yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan
terjadinya biaya tersebut,
2. Nilai aktiva
yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di samping itu
juga terjadi perubahan – perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan
pasiva dalam valuta asing yang dikuasai persahaan sehingga mengalami kesulitan
dalam perhitungan selisih kurs yang tepat,
3. Alokasi biaya
untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan mengakibatkan
laba dihitung terlalu besar,
4. Laba/rugi yang
terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada asumsi
adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur
dengan perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung,
5. Perusahaan
tidak akan memperahankan real–capital–nya dan ada kecenderungan terjadinya
kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan
pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya,
6. Menyalahi mathematical
principle karena berbagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan menjadi
satu, dan
7. Di samping
hal – hal di atas akan timbul kesulitan – kesulitan bagi
manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang
disusun atas dasar asumsi adanya stable monetary unit.
Kelebihan Biaya Historis (Historical cost):
1. Historical
cost relevan dalam membuat keputusan ekonomi.
2. Historical
cost berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, tidak pada kemungkinan.
3. Selama
sejarah, laporan keuangan yang menggunakan historical cost sangat
berguna.
4. Pengertian
terbaik mengenai konsep keuntungan adalah kelebihan dari harga jual
dari historical cost.
5. Akuntan harus
menjaga integritas datanya dari modifikasi internal.
6. Seberapa
bergunanya laporan keuangan tergantung dari current cost atauexit
price.
7. Perubahan
dalam harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.Terjadi
ketidakcukupan data dalam membenarkan penolakanhistorical cost accounting.
F.
Menjelaskan
mengenai inflasi dan laporan keuangan
A. Inflasi
Inflasi merupakan suatu kondisi yang biasa dialami
oleh suatu negara atau oleh suatu daerah, namun inflasi tersebut cenderung
inflasi yang tergolong sebagai inflasi ringan. Ya, inflasi ringan, karena pada
kenyataannya inflasi tidak hanya ada satu jenis saja, melainkan ada beberapa
jenis, salah satunya adalah inflasi yang tergolong rendah tersebut. Dalam
artikel saya kali ini, saya akan mencoba untuk menjelaskan beberapa hal tentang
inflasi seperti pengertian, jenis, penyebab, dan cara mengatasi inflasi, yang
mungkin dapat dijadikan referensi belajar atau untuk hal-hal lainnya, dan yang
terpenting adalah semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk para pembaca dan
untuk saya sendiri tentunya.
Pengertian Inflasi, ada tiga faktor yang membentuk
suatu definisi atau pengertian inflasi,
faktor tersebut meliputi kenaikan harga, berlaku secara umum, dan terjadi
(berlangsung) secara terus-menerus.
1) Faktor
kenaikan harga, maksud dari kenaikan harga adalah bahwa harga saat ini
lebih mahal dari harga sebelum saat ini.
2) Faktor
berlaku secara umum, bisa dikatakan bahwa maksud dari faktor ini adalah
kenaikan harga tertentu yang diikuti oleh kenaikan harga-harga lainnya
(harga-harga lain terpengaruh dengan kenaikan harga tertentu), misalkan jika
harga BBM naik, maka kenaikan harga tersebut akan diikuti oleh naiknya harga
lainnya.
3) Faktor terjadi
secara terus-menerus, yang dimaksud dengan faktor ini adalah bahwa kenaikan
harga tersebut terjadi atau berlangsung secara terus-menerus (tidak terjadi
sesaat).
Dari penjelasan faktor-faktor yang membentuk
definisi atau pengertian inflasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan definisi atau pengertian unflasi adalah suatu kondisi kenaikan
harga yang berlaku secara umum dan terjadi (berlangsung) secara terus-menerus.
Jenis - jenis Inflasi
Seperti yang telah saya sebutkan diatas bahwa
inflasi tidak hanya ada satu jenis, melainkan ada beberapa jenis. Dibawah ini
adalah jenis-jenis
inflasiberdasarkan tingkat keparahannya.
1) Inflasi
ringan, inflasi dengan tingkat keparahan dibawah 10% dalam satu tahun
2) Inflasi
sedang, inflasi dengan tingkat keparahan diantara 10%-30% dalam satu tahun
3) Inflasi berat,
inflasi dengan tingkat keparahan diantara 30%-100% dalam satu tahun
4) Hiper inflasi,
inflasi dengan tingkat keparahan diatas 100% dalam satu tahun, inflasi ini
merupakan inflasi yang sangat parah
Penyebab Inflasi
a. Menaiknya
Permintaan
Salah satu penyebab inflasi adalah adanya kenaikan
permintaan, sedangkan penawaran (produk yang dapat dihasilkan atau produk yang
tersedia dipasaran) tidak bisa mencukupi atau memenuhi permintaan tersebut,
maka terjadilah kenaikan harga, yang ujung-ujungnya dapat menyebabkan inflasi
(jika barang tersebut merupakan barang yang sangat berpengaruh, seperti BBM).
b. Menaiknya
biaya produksi
Ketika harga biaya produksi suatu produk mengalami
kenaikan, maka harga produk yang dihasilkan tersebut juga akan naik.
Selain dua faktor penyebab inflasi diatas, masih ada
lagi beberapa faktor penyebab inflasi lainnya, mungkin yang saya sebutkan
diatas bisa dijadikan gambaran bagaimana inflasi dapat terjadi.
Cara Mengatasi Inflasi
Semua permasalahan saya yakin pasti ada jalan
keluarnya, begitu juga dengan inflasi. Ada beberapa cara mengatasi inflasi yang
terjadi, cara tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijakan moneter,
kebijakan fiskal, dan kebijakan non-moneter. Cara mengatasi inflasi
dengan menggunakan kebijakan moneter, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
dengan kebijakan ini, contohnya adalah dengan politik diskonto,
cara politik diskonto ini dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga
bank, dengan harapan agar masyarakat lebih tertarik untuk menyimpan uang yang
dimilikinya dibank, jika cara tersebut sukses, maka jumlah uang yang beredar
akan berkurang. Contoh lain dari kebijakan moneter adalah dengan politik
sanering, sanering merupakan istilah untuk pemotongan nilai uang,
bukan pemotongan jumlah angka uang (redenominasi).
Cara mengatasi inflasi dengan menggunakan kebijakan
fiskal, ada beberapa cara juga yang dapat dilakukan dengan kebijakan ini, salah
satu contohnya adalah dengan pajak, dengan tarif pajak dinaikkan diharapkan
uang yang beredar akan berkurang, uang yang beredar berkurang karena jumlah
pajak yang disetorkan oleh masyarakat lebih besar (banyak) daripada sebelum
tarif pajak naik.
Cara mengatasi inflasi dengan kebijakan non-moneter,
contoh dari cara mengatasi inflasi dengan kebijakan ini adalah dengan
meningkatkan produksi, pemerintah membantu dan mendorong para pengusaha untuk
menaikkan atau meningkatkan produksinya, diharapkan dengan meningkatnya
produksi akan menghasilkan output yang lebih banyak, dengan output yang beredar
dipasaran lebih banyak maka harga diharapkan akan turun sehingga inflasi dapat
diatasi.
B. Laporan keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi
keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan
keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi:
- Neraca
- Laporan laba rugi
- Laporan perubahan ekuitas
- Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat
disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus dana
- Catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas.
Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan
laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi
keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan
perubahan dalam berbagai unsur neraca.
Perbedaan Pelaporan dan Laporan Keuangan
Haruslah dibedakan antara pengertian Pelaporan
keuangan (bahasa Inggris: financial reporting) dan laporan keuangan (bahasa
Inggris: financial reports). Pelaporan Keuangan meliputi segala
aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan.
Aspek– aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (misalnya
penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi
profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (Prinsip
Akuntansi Berterima Umum atau Generally Accepted Accounting
Principles / GAAP). Laporan keuangan hanyalah salah satu medium dalam
penyampaian informasi. Bahkan seharusnya harus dibedakan pula antara statemen (bahasa
Inggris: statement) dan laporan (bahasa Inggris: report)
Pemakai Laporan Keuangan, antara lain:
v Investor
v Karyawan
v Pemberi Pinjaman
v Pemasok dan Kreditor usaha
lainnya
v Pelanggan
v Pemerintah
v Masyarakat
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai
dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah
dilakukan manajemen (bahasa Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin
melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini
mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka
dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen.
Karakteristik Kualitatif Laporan
Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok yaitu:
a. Dapat
Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
dapat dipahami peserta dan bentuk serta istilahnya disesuaikan dengan batas
para pengguna;
b. Relevan
Laporan keuangan dianggap jika informasi yang
disajikan didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna;
c. Keandalan
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material;
d. Dapat
diperbandingkan
Informasi yang disajikan akan lebih berguna bila
dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan pada periode sebelumnya.
G.
Menjelaskan
mengenai model – model akuntansi
Variabel-variabel yang membentuk perkembangan sebuah
Negara dalam hal akuntansi, model akuntansi keuangan tertentu yang berkembang
karena minat, sejarah atau pilihan, proses menetapkan standar akuntansi
keuangan nasional itu sendiri dan konservatisme yaitu hal-hal yang menyebabkan
perbedaan tersebut dan ditambah dengan mengenai dimensi internasional dari proses
akuntansi pada tiap negara yang sudah tentu berbeda. Perbedaan itu meliputi :
praktik bisnis, struktur politik, sistem hukum, nilai mata uang, tingkat
inflasi lokal, perbedaan budaya, resiko bisnis, tingkat inflasi lokal dan serta
aturan perundang-undangan mempengaruhi bagaimana perusahaan multinasional
melakukan kegiatan operasionalnya dan membuat laporan keuangannya serta
kemudian mengumumkannya ke masyarakat luas.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar